TEORI BELAJAR: ALIRAN PSIKOLOGIS BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME
Menurut Labovitz dan Hagedorn, teori adalah ide pemikiran yang menentukan bagaimana dan mengapa variabel dan pernyataan dapat saling berhubungan. Teori adalah analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta lainnya. Sedangkan belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar adalah ide atau pemikiran teoritis yang menjelaskan tentang kesiapan individu untuk belajar sesuatu melalui pengalaman.
A. Teori Belajar menurut Aliran Psikologis Tingkah Laku (Behaviorisme)
Sesuai namanya, teori belajar ini lebih menekankan kepada tingkah laku individu selama belajar. Adapun, beberapa pendapat ahli mengenai teori belajar ini diantaranya:
1. Teori E.L Thorndike (Stimulus dan Respon/Koneksionisme)
Edward Lee Thorndike seorang psikolog Amerika berpendapat bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar berupa pemikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap indra) dan respon (reaksi yang dimunculkan ketika individu belajar, baik berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan).
Berikut beberapa hukum belajar menurut Thorndike:
a. Hukum Kesiapan (Law of Readliness)
b. Hukum Latihan (Law of Exercise)
c. Hukum Akibat (Law of Effect)
Contoh:
Anak kecil tertarik memainkan dispenser, lalu menekan bagian untuk air panas dia akan mengenali ketika air itu terkena ke bagian tubuhnya terasa panas dan tidak akan memainkannya lagi, namun ketika ia menekan bagian air dingin dan ternyata keluar air yang tidak panas seperti tadi, ia menyadari bahwa memainkannya tidak akan menyebabkan bahaya pada tubuhnya.
2. Teori Ivan Palvov (Conditioning Learning)
Ivan Petrovich Palvov, fisiolog dan dokter dari Rusia melakukan penelitian terhadap perilaku anjing pada akhir tahu 1800-an. Pada akhirnya ia menggagas konsep Pembiasaan (Conditioning) dalam belajar. Tingkah laku bisa dikendalikan dengan cara memberikan hukuman.
Contoh:
Membiasakan kucing peliharaan untuk membuang kotorannya di kloset. Lewat pembiasaan yang mungkin memang memakan waktu, kucing pada akhirnya memiliki kesadaran tersendiri untuk membuang kotorannya di kloset.
3. Teori Albert Bandura (Belajar Meniru)
Albert Bandura, seorang psikolog, mengatakan bahwa individu belajar melalui meniru hal-hal yang dilakukan orang lain, terutama pengajar. Teori ini sering dikenal dengan "Social Learning Theory".
Contoh:
Seorang anak SD bersikeras bahwa ia harus mengerjakan soal sesuai apa yang dikatakan oleh gurunya padahal ternyata ada sedikit kesalahan dari soal tersebut.
4. Teori Skinner (Penguatan)
Burrhus Frederic Skinner, psikolog Amerika Serikat, yang berpendapat bahwa ganjaran (penguatan) sangat penting dalam proses belajar, baik berupa ganjaran positif (pujian) maupun negatif (teguran).
5. Teori Ausubel (Belajar Bermakna)
David Paul Ausubel, psikolog Amerika Serikat, mencetuskan Teori Belajar Bermakna (Meaningful Learning), dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian saat sedang belajar. Belajar Menghapal (Rote Learning) yaitu menerima dan menguasai bahan yang dibagikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Contoh:
Seorang anak kecil belajar mengetahui angka dengan menggunakan bantuan jari, sehingga ingatan/memorinya lebih kuat karena momen belajar yang bermakna
6. Teori Gagne (Langsung dan Tak Langsung)
Robert Mills Gagne, psikolog pendidikan dari Amerika berpendapat bahwa belajar matematika melalui 2 objek, yaitu Objek langsung (Fakta, Konsep, Aturan) dan Objek tak langsung (misal, kemampuan problem solving).
Tipe belajar menurut Gagne, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan (sesuatu yang berlawanan, misal siang dan malam), pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah.
B. Teori Belajar menurut Aliran Psikologi Kognitif
Teori belajar ini menganggap bahwa proses belajar melibatkan aktivitas mental sebagai akibat dari proses interaktif dengan lingkungan.
1. Menurut Jean Piaget
Jean Piaget, psikolog perkembangan Swiss, tahap perkembangan anak terbagi 4, yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun) dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas).
Menurut Piaget, kecerdasan berkembang seiring dengan pertumbuhan anak.
2. Menurut Jerome Bruner
Jeremo Seymour Bruner, psikolog pendidikan, mengatakan bahwa belajar matematika dikatakan berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep.
Tahap proses belajar anak terbagi 3, yaitu:
a. Enaktif, tahapan belajar melalui tindakan atau bisa disebut learning by doing
b. Ikonik, tahapan belajar dimana individu memanipulasi benda konkrit ke dalam bentuk gambar
c. Simbolik, tahapan belajar saat individu mampu memanipulasi gambar pada tahap sebelumnya ke dalam simbol-simbol.
3. Menurut William Brownell
Arthur William Brownel dengan Meaning Theory, keyakinan bahwa anak pasti memahami apa yang sedang dipelajari jika belajar secara permanen/terus menerus untuk waktu lama.
4. Teori Gestalt (John Dewey)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus mempertikan hal-hal berikut:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar
5. Teori Dienis
Matematika mempelajari tentang struktur, konsep struktur, relasi struktur, serta hubungan antar strujtur-struktur itu. Matematika akan dipahami jika disajikan dalam bentuk konkrit dan berbagai macam. Tahap penyajiannya:
a. Tahap bermain bebas
b. Tahap permainan
c. tahap Penelaahan Kesamaan Sifat
d. Tahap Representasi
e. Tahap simbolisasi
f. Tahap formalisasi
6. Teori Van Hiele (Tentang Geometri)
Tiga unsur utama dalam pembelajaran geometri yaitu waktu, materi, dan metode, ketiganya dilakukan secara terpadu. Pembelajaran geometri itu akan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi.
Tahap belajar anak menurut Van Hiele, yaitu Tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengukuran, tahap deduksi, dan tahap akurasi.
Komentar
Posting Komentar